Senin, 12 September 2022

FF - PROSOPAGNOSIA - BUTA WAJAH?

Cast:

Rei Asky
Hiro Asky

Happy Reading!




Kepulan asap keluar seiring embusan udara yang keluar dari mulut pemuda berambut merah. Sebatang rokok elektrik yang baru saja disesap masih bertengger manis di antara jari telunjuk dan ibu jari. Tatapannya kosong, menerawang jauh ke dalam gulita yang terhampar di hadapannya. Hampir satu jam berlalu, hanya itu yang dia lakukan.

Langit malam kembali menjadi saksi, ketika atma tak lagi berada dalam raga. Berkelana, mencoba menggapai bintang yang bahkan tak nampak di angkasa raya. Denting jarum jam di dalam kamar, bagai melodi yang mengiringi desau angin malam. Menenangkan, juga menghanyutkan.

Rei menikmati suasana seperti ini.

Dalam kesendiriannya, pemuda itu bisa merasakan pelukan hangat semesta. Meskipun sering kali tubuhnya tidak bersahabat dengan angin malam. Dua rasa yang bertolak belakang, seperti ego dan hati. Seperti hitam dan putih.

"Masih di situ, aja, Bang?"

Sebuah suara mengembalikan Rei dari kedamaiannya. Entah sejak kapan adik tirinya masuk, bersandar di belakang pintu balkon kamar.

Sebuah senyum manis terbit, menanggalkan segala duka yang baru saja bertandang di pikirannya. Hiro, saudara seayah satu-satunya yang dia miliki. Satu-satunya penyembuh duka ketika lara itu kembali menyerbu. Rei berani bertaruh, Hiro adalah yang paling berharga dalam hidupnya.

"Berapa kali Hiro bilang, jangan ngerokok lagi. Nggak baik buat kesehatan," dumel Hiro sambil merebut batang rokok elektrik dari genggaman sang kakak.

Rei terkekeh, "Udah kebiasaan, Dek. Pahit kalau nggak ngisep."

"Nih!" Dalam genggaman tangan yang terulur, terdapat beberapa bungkus permen. "Kan udah Hiro bilang, kalau Abang pingin ngrokok, ganti sama permen. Nanti lama-lama juga terbiasa."

"Iya, iya. Nanti Abang coba lagi." Diusapnya gemas rambut halus Hiro.

"Abang!"

"Kenapa? Mau protes? Mau tidur ini, 'kan?" Usapan yang tadi terasa lembut, kini berganti lebih brutal. "Ih, Abang tuh gemes sama kamu!"

Malam ini, biarlah duka kembali menepi. Bukan untuk pergi, karena lara itu masih ada. Esok, yang entah untuk keberapa kalinya, duka itu akan kembali. Biarkan malam ini dua pemuda itu tidur berlangitkan bintang ilusi. Bermimpi esok 'kan lebih baik dari hari ini. Meski tak dipungkiri, gelisah tetap bergelayut manja di hati.

"Abang, kira-kira Mama sama Bunda lagi ngapain ya?" Di balik pejamnya mata, jiwanya masih tersadar. Mengubah posisinya menjadi menyamping, menghadap Rei yang juga masih terjaga.

"Mana Abang tahu. Kenapa nggak tanya ke Ayah?"

"Ck! Percuma."

Rei kembali terkekeh. Mengikuti Hiro, dirinya pun mengubah posisi menjadi menyamping. Adiknya, sosok yang dulu sempat dia benci. Kini menjadi yang paling berharga dalam hidup seorang Leonard Rei. Dalam keterbatasannya, ada janji yang tak pernah terucap. Janji yang membuatnya mampu melihat setitik warna dalam suramnya kehidupan.

"Abang penasaran," katanya terjeda, "apa muka kamu masih sama?"

Percayalah, di dalam senyum itu ada duka. Hiro melihatnya, meski dua bibir di depannya saling tertarik ke atas. Bullshit!

Tak kuasa, satu bulir air mata akhirnya menetes. Digigitnya bibir bawah, menahan isak yang siap meledak kapan saja.

Kakaknya bisa melihat, tapi buta.

Rei bisa melihat indahnya lukisan alam, tetapi dia buta akan wajah seseorang. Bahkan, wajahnya sendiri. Rei tidak yakin, apakah masih sama seperti yang terakhir kali dirinya ingat? Ah, bahkan ingatan itu mulai memudar.

"Ah, pasti lebih tampan. Iya, 'kan? Abang denger kamu jadi the most wanted di sekolah."

"Abang percaya?"

"Eum ... pastinya lebih ganteng Abang, sih."

Duka itu tetap ada. Bergelung manis dalam pelukan asa. Dua kakak beradik itu tahu, ada lubang besar di hati masing-masing. Tapi mereka percaya, meski tidak bisa menutupnya, setidaknya mereka bisa saling menguatkan. Berpegangan tangan, mencoba melewati rintangan dengan keikhlasan.

"Bang," panggil Hiro setelah beberapa saat terdiam. "Hiro kangen Mama sama Bunda. Kangen Ayah juga. Besok kita ke makam, ya?"


END

Prosopagnosia atau buta wajah adalah salah satu keadaan di mana penderitanya sulit mengingat wajah, baik wajahnya sendiri ataupun wajah orang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar